Jam
Semangaaaaat!!!!!
Bagikan
AL BAQARAH:285
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".
Entri Populer
-
BAGIAN I (STOP BABS) APAKAH PERILAKU H I DUP BERSIH DAN SEHA T ? Perila k u hidup bersih dan sehat (PHBS) ...
-
Joko Pramono, Koordinator BKM Bertempat di balai desa Jati, pada hari Ahad, 8 Januari 2012, BKM Jati Mandiri menyelenggarakan gebyar a...
-
Sahabat Jati Mandiri, Salah satu kegiatan yang penting dalam setiap program adalah perencanaan yang matang. Dan perencanaan itu dituangkan ...
-
Dari Jetis Jati diberitakan bahwa perkembangan pembuatan tower air bersih sampai dengan tgl 30 November sudah sampai pada pembuatan tower at...
-
Biro Pusat Statistik (BPS)menggunakan batas garis kemiskinan berdasarkan data konsumsi dan pengeluaran komoditas pangan dan non pangan. K...
-
SURAT KEPUTUSAN BKM JATI MANDIRI Nomor : 002/ PNPM-MP/BKM.JM/I II /1 1 TENTANG: ATURAN PINJAMAN BERGULIR –UPK BKM JATI MANDIRI Memperti...
-
DAlam rangka meningkatkan dan merevitaliasi semangat juang para relawan dalam membangun desa guna mengatas masalah kemiskinan, PNPM wilayah ...
-
ANGGARAN DASAR BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) JATI MANDIRI PEMBUKAAN Bahwa penanggulangan kemiskinan harus diupayakan oleh masyarak...
Berita Terkini Dari Web Sebelah
Banner
bagikan
About Me
- BKM JATI MANDIRI
- Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
- BKM JATI MANDIRI BKM JATI MANDIRI adalah lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat desa Jati. Lembaga ini dibentuk sebagai wujud dari kesadaran masyarakat atas permasalahan kemiskinan yang ada di desa Jati. Jiwa-jiwa yang memiliki kepedulian tersebut dihimpun dalam wadah BKM JATI MANDIRI. BKM adalah dewan pimpinan kolektif masyarakat warga penduduk kelurahan, dan sebagai lembaga BKM dapat bertindak sebagai representasi masyarakat warga penduduk kelurahan. BKM berkedudukan sebagai lembaga pimpinan masyarakat warga penduduk kelurahan dan merupakan lembaga pengendali kegiatan penanggulangan kemiskinan di kelurahan yang bersangkutan, yang posisinya di luar institusi pemerintah, militer, agama, pekerjaan dan keluarga.
Sabtu, 05 November 2011
Merawat Buah-buah Pengorbanan
Melakoni hidup kadang seperti kegiatan memancing ikan. Semakin bagus umpan yang diberikan, kian cepat dan besar ikan yang didapat. Sayangnya, tak semua pemancing sadar kalau mengail ikan butuh keyakinan dan kesabaran.
Tak pernah kering hikmah dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail a.s. Dua hamba Allah yang telah membuktikan kesalehan dan kesabarannya dalam taat pada Allah swt. Seorang ayah yang diuji cintanya, dan seorang anak yang dites taatnya pada Allah dan orang tua.
Tak pernah terpikir oleh Ibrahim kalau kecintaannya dengan Ismail harus berbenturan dengan sebuah mimpi. Mimpi yang memintanya untuk menyembelih putera yang telah ia nanti hingga lebih dari delapan puluh tahun. Mimpi yang menyuruhnya melakukan perbuatan yang di luar batas kewajaran. Terlebih buat orang yang sangat ia cintai. Berat. Sangat berat.
Masih terbayang oleh Ibrahim bagaimana beratnya kehidupan Ismail dan ibunya ketika ia tinggalkan cuma berdua di sebuah negeri asing yang tandus. Kawasan padang pasir yang bukan sekadar tak berpenghuni, tapi juga tak berair dan berpohonan. Bagaimana mungkin mereka bisa hidup. Kalau bukan karena ketaatan dan tawakalnya pada Allah swt., tentu Ibrahim tak akan tega meninggalkan mereka menuju Palestina.
Namun, Ibrahim yakin kalau itu bukan sekadar mimpi. Bukan sekadar bunga-bunga tidur yang tidak punya arti. Ia yakin kalau itu perintah Allah yang harus ditaati. Walaupun tak mampu dicerna oleh nalar yang wajar. Dengan sangat bijaksana, Ibrahim mengungkapkan kegundahan itu kepada Ismail, “Wahai anakku. Aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu?” (Ash-Shaffat: 102)
Ternyata, jawaban Ismail begitu mengharukan. “Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu, agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak dan menyusahkan ayah. Kedua, agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya. Ketiga, tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaan dan rasa pedihku. Dan yang terakhir, sampaikanlah salamku kepada ibuku, berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya.”
Mendengar itu, Ibrahim langsung memeluk Ismail, dan menciumnya dengan penuh cinta. Ia mengatakan, “Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah.”
Itulah kisah yang menyimpan seribu satu hikmah. Allah swt. mengabadikan kisah teladan itu dalam firman-Nya, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya (dengan sempurna). Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.’ Ibrahim berkata, ‘(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.’ Allah berfirman, ‘JanjiKu (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah: 124)
Di antara hikmah itu adalah mencintai sesuatu butuh pengorbanan. Semakin tinggi dan agung sebuah ungkapan cinta, kian besar tuntutan nilai pengorbanannya. Adakah ungkapan cinta yang lebih tinggi selain cinta kepada Yang Maha Pencinta, Allah swt. Dan hal itulah yang ingin ditunjukkan Nabi Ibrahim a.s. Ia harus berkorban. Dengan apa pun, walaupun harus dengan nyawa orang yang paling ia cintai.
Kedua, kadang kedekatan seorang hamba Allah dengan Rabbnya bisa terhalang dengan kedekatan-kedekatan yang lain. Bisa harta, jabatan, isteri atau suami, anak dan cucu. Ada tarik-menarik antara kedekatan-kedekatan itu. Dan setan kerap memainkan kedekatan yang lain itu untuk menggoyahkan komitmen seorang mukmin.
Betapa tidak sedikit seseorang yang akhirnya menjauh dari Allah lantaran orang yang ia cintai pergi untuk selamanya. Ia lupa kalau siapa pun yang tiba-tiba dekat dalam hatinya cuma berlangsung sementara. Ia akan berpisah. Bisa ia yang ditinggalkan, atau ia yang akan meninggalkan. Tak ada yang abadi dalam dunia.
Maha Benar Allah dalam firmanNya, “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.” (Al-Anfal: 28)
Alangkah indahnya keteladanan yang pernah diperlihatkan Ibrahim a.s. Ia terbukti mampu menempatkan kecintaan pada Allah di atas kecintaan yang lain. Ia pun sukses mengikat cinta-cinta hati orang-orang dekatnya untuk bersama-sama mencintai Allah swt.
Maha Benar Allah dalam firmanNya, “Dan Kami panggilkan dia, ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu.’ Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.” (Ash-Shaffat: 104-109)
*sumber: dakwatuna.com
Tak pernah kering hikmah dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail a.s. Dua hamba Allah yang telah membuktikan kesalehan dan kesabarannya dalam taat pada Allah swt. Seorang ayah yang diuji cintanya, dan seorang anak yang dites taatnya pada Allah dan orang tua.
Tak pernah terpikir oleh Ibrahim kalau kecintaannya dengan Ismail harus berbenturan dengan sebuah mimpi. Mimpi yang memintanya untuk menyembelih putera yang telah ia nanti hingga lebih dari delapan puluh tahun. Mimpi yang menyuruhnya melakukan perbuatan yang di luar batas kewajaran. Terlebih buat orang yang sangat ia cintai. Berat. Sangat berat.
Masih terbayang oleh Ibrahim bagaimana beratnya kehidupan Ismail dan ibunya ketika ia tinggalkan cuma berdua di sebuah negeri asing yang tandus. Kawasan padang pasir yang bukan sekadar tak berpenghuni, tapi juga tak berair dan berpohonan. Bagaimana mungkin mereka bisa hidup. Kalau bukan karena ketaatan dan tawakalnya pada Allah swt., tentu Ibrahim tak akan tega meninggalkan mereka menuju Palestina.
Namun, Ibrahim yakin kalau itu bukan sekadar mimpi. Bukan sekadar bunga-bunga tidur yang tidak punya arti. Ia yakin kalau itu perintah Allah yang harus ditaati. Walaupun tak mampu dicerna oleh nalar yang wajar. Dengan sangat bijaksana, Ibrahim mengungkapkan kegundahan itu kepada Ismail, “Wahai anakku. Aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu?” (Ash-Shaffat: 102)
Ternyata, jawaban Ismail begitu mengharukan. “Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu, agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak dan menyusahkan ayah. Kedua, agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya. Ketiga, tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaan dan rasa pedihku. Dan yang terakhir, sampaikanlah salamku kepada ibuku, berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya.”
Mendengar itu, Ibrahim langsung memeluk Ismail, dan menciumnya dengan penuh cinta. Ia mengatakan, “Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah.”
Itulah kisah yang menyimpan seribu satu hikmah. Allah swt. mengabadikan kisah teladan itu dalam firman-Nya, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya (dengan sempurna). Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.’ Ibrahim berkata, ‘(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.’ Allah berfirman, ‘JanjiKu (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah: 124)
Di antara hikmah itu adalah mencintai sesuatu butuh pengorbanan. Semakin tinggi dan agung sebuah ungkapan cinta, kian besar tuntutan nilai pengorbanannya. Adakah ungkapan cinta yang lebih tinggi selain cinta kepada Yang Maha Pencinta, Allah swt. Dan hal itulah yang ingin ditunjukkan Nabi Ibrahim a.s. Ia harus berkorban. Dengan apa pun, walaupun harus dengan nyawa orang yang paling ia cintai.
Kedua, kadang kedekatan seorang hamba Allah dengan Rabbnya bisa terhalang dengan kedekatan-kedekatan yang lain. Bisa harta, jabatan, isteri atau suami, anak dan cucu. Ada tarik-menarik antara kedekatan-kedekatan itu. Dan setan kerap memainkan kedekatan yang lain itu untuk menggoyahkan komitmen seorang mukmin.
Betapa tidak sedikit seseorang yang akhirnya menjauh dari Allah lantaran orang yang ia cintai pergi untuk selamanya. Ia lupa kalau siapa pun yang tiba-tiba dekat dalam hatinya cuma berlangsung sementara. Ia akan berpisah. Bisa ia yang ditinggalkan, atau ia yang akan meninggalkan. Tak ada yang abadi dalam dunia.
Maha Benar Allah dalam firmanNya, “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.” (Al-Anfal: 28)
Alangkah indahnya keteladanan yang pernah diperlihatkan Ibrahim a.s. Ia terbukti mampu menempatkan kecintaan pada Allah di atas kecintaan yang lain. Ia pun sukses mengikat cinta-cinta hati orang-orang dekatnya untuk bersama-sama mencintai Allah swt.
Maha Benar Allah dalam firmanNya, “Dan Kami panggilkan dia, ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu.’ Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.” (Ash-Shaffat: 104-109)
*sumber: dakwatuna.com
Label:
ARTIKEL BKM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Punggawa BKM 2013-2015
Intrumentalia
Hikmah Hari Ini
Anda Pengunjung Ke
Kolom Curhat
LABEL
- AGENDA (11)
- ARTIKEL BKM (17)
- BERANDA (3)
- Berita (32)
- DOKUMENTASI (7)
- Laporan Keuangan (6)
- ORGANISASI (10)
- PAMSIMAS (15)
- PNPM (30)
- TELADAN KITA (1)
- UPK (2)
Blog Archive
-
▼
2011
(44)
-
▼
November
(21)
- Rapat Forum Koordinasi Antar BKM se Kec. Jaten
- Revisi BAPPUK 2011
- Siapa KIta
- siapa kita???
- Video Kegiatan Pelatihan Duta Sehat
- duta sehat 13 nov 2011
- Ibu Sunarti, P Joko Pramono bersama dokter kecil S...
- BLM PNPM 2011 naik menjadi Rp 125 Juta
- PERKEMBANGAN PENGADAAN AIR BERSIH
- Resufle Kabinet BKM Jati Mandiri
- PELATIHAN KADER KESEHATAN : FOTO
- PELATIHAN DUTA SEHAT
- Review Eksternal: Mengukur Tingkat Kepuasan Pelanggan
- BAPPUK 2011
- Pumping Test PAMSIMAS
- ASYIKNYA MENYUSUN RAB KEGIATAN PENGADAAN AIR MINUM
- Pelatihan Penguatan BKM, UP, Perangkat Desa dan Re...
- Laporan Keuangan Sekretariat : Oktober 2011
- Merawat Buah-buah Pengorbanan
- Alokasi BLM Reguler 2011: 120 Juta
- Laporan Keuangan Sekretariat : September 2011
-
▼
November
(21)
0 komentar:
Posting Komentar